Anak Pesantren dari Negeri 1000 Sungai

RAKHA PECAHKAN REKOR

27/10/2013 16:06

Rakha Pecahkan Rekor

Usai seminar Jum’at malam, 4 Oktober 2013 tentang keutamaan bulan dzulhijjah dan prediksi idul adha 1434 H, Takhassus Diny melakukan rukyatul hilal (crescent obsevation) atau yang dikenal pengamatan hilal dengan mata telanjang.

 

Kegiatan ini merupakan warisan dari pada Rasulullah saw yang kini kian ditinggalkan karena banyak yang tidak tahu bahkan dianggap tabu akannya. Rukyatul Hilal adalah pengamatan bulan sabit sesaat setelah ijtima’ (konjungsi matahari dan bulan) atau sebelum matahari tenggelam pada akhir bulan hijriah, yang bertujuan untuk mengetahui masuk tidaknya bulan baru. Jika hilal terlihat, maka keesokan harinya adalah bulan baru. Jika tidak terlihat, maka keesokan harinya adalah hari terakhir dari bulan yang berlalu atau disebut dengan istilah istikmal. Permasalan akan meruncing pada penetapan puasa dan hari raya, karena memang masalah klasik nan aktual.

Idul Adha 1434 H tidak tahu kapan tibanya, kendati sudah ada prediksi yaitu tanggal 15 Oktober 2013 atau 16 Oktober 2013. Karena itulah Takhassus Diny mengerahkan santri/wati Ponpes Rakha untuk mengikuti kegiatan rukyatul hilal. Hanya menggunakan angkot dan sepeda motor, para perukyah yang dipimpin oleh H. Muhammad Hasan Ibrahim, S.Pd (Pembina Asrama MA NIPA) berbondong-bondong menuju pos observasi yang terletak di Sungai Buluh – Barabai. Momen ini diabadikan sejak sabtu sore 5 Oktober 2013 hingga belasan menit setelah adzan magrib.

Sesampai di tempat observasi, para peserta disambut baik oleh panitia. Awalnya hanya dipertontonkan bagaimana memasang dan mengoperasikan peralatan rukyah namun akhirnya peserta juga terlibat aktif dalam menghitung dan merukyah.

Oleh – Sekretaris Lajnah Falakiyah PWNU Kalsel, Ust. Nur Hidayatullah, S.HI – peserta diajari mencari titik utara sejati, mencari azimuth dan tinggi hilal. Tinggi hilal mar’i saat itu 2° 45' 05.63” dengan azimuth -8° 30' 31.96" dari titik barat. Berbekal rubu’ mujayyab, kompas, mizwala, waterpass, gawang lokasi dan lainnya, ia menjelaskan masing-masing fungsi dalam konteks pengamatan hilal. 

Ust. Muhammad Rasyid, S.HI alumnus IAIN Walisongo Semarang Jurusan Astronomi Islam menjelaskan bagian fundamental teleskop berikut pengoperasiannya, disamping juga menunjukkan sofware stellarium yang pro-aktif mengamati peredaran benda-benda langit yang ada, khususnya matahari dan bulan. Dari situ jelas sekali kedudukan bulan dan matahari saat terbenam, ternyata hilal memang terlihat sangat tipis.

Mengomentari kegiatan ini, KH. Yanor Suriani Lc, S.Pd.I mewakili dewan guru ponpes Rakha mengatakan bahwa tenaga ahli di bidang hisab rukyah sangat minim sekali, sehingga dengan diadakan acara seperti ini diharapkan akan bermunculan kader teknisi hisab rukyah yang baru dari ponpes rakha, karena keterlibatan bukan saja monopoli para guru dan kemenag tapi juga para santri/wati dan masyarakat umum. “Kami dewan guru sangat berterima kasih kepada saudara Nur Hidayatullah yang telah berkiprah dengan keseriusannya menggerakan kegiatan-kegiatan Ilmu Falak atau Hisab rukyah selama ini. Ke depannya harus terus dilakukan rukyatul hilal, kami sangat mendukung bahkan masalah pendanaan akan kita carikan solusinya”, tambahnya. 

KH. Ahmad Humaidi, Lc, M.Pd.I juga berkomentar, kegiatan ini sangat positif karena tidak diajarkan di bangku Madrasah Aliyah Normal Islam Rakha Amuntai. Beliau berharap agar kegiatan serupa juga diadakan kembali, karena menjadi kewajiban (fardhu kifayah) untuk mempelajari Ilmu Falak. “Kegiatan rukyatul hilal semacam ini belum pernah diadakan oleh ponpes Rakha, namun baru ramai diperbincangkan sepulangnya Nur Hidayatullah mendalami Ilmu Falak di Semarang. Ini merupakan satu tanda ilmu yang manfaat, semoga bermanfaat untuk kota Amuntai, kalsel dan Indonesia pada umumnya”, ujar KH. Humaidi yang juga mengontrol para santriwati-nya saat pelaksanaan rukyatul hilal.

Peserta yang menanti adzan magrib dan terlihatnya hilal, diminta panitia untuk menandatangani spanduk kegiatan sebagai bukti fisik rukyatul hilal dzulhijjah 1434 H. Rakha pecahkan rekor perukyah terbanyak di negeri seribu sungai. Tercatat 116 perukyah yang hadir dengan rincian 53 santri, 50 santriwati, 4 guru, dan 9 orang perwakilan dari Kemenag Hulu Sungai Tengah.

Acara ditutup oleh Ust. Nur Hidayatullah setelah memutuskan kesimpulannya. Yaitu hilal di Sungai Buluh Barabai dinyatakan tidak terlihat secara kasat mata, karena mendung di ufuk barat. Jatim dilaporkan oleh Maryani (LFNU PBNU) dan hasilnya juga tidak terlihat. Dayat menghimbau pada perukyah yang hadir agar menyaksikan sidang isbat yang diselenggarakan oleh Kemenag RI.

Sekitar satu jam kemudian, Ust. Rasyid mendapat sms yang isinya, Alhmadulillah Hilal dapat dilihat di Kab. Kolaka Sulawesi Tenggara oleh bapak Dr. Rifai (NU Sulawesi Tenggara ) Dr. Syamsuddin dan Dr. Syamsul Rijal”.

AKHIRNYA......
"Dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, kami mewakili Menteri Agama Republik Indonesia, dengan ini menetapkan bahwa awal bulan Dzulhijjah jatuh pada besok tanggal 6 Oktober 2013. Dan tanggal 10 Dzulhijjah jatuh pada tanggal 15 Oktober 2013". Prof. Dr. Abdul Jamil (Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama RI).

 

Search site

Contact

Nur Hidayatullah Jl. Brigjen Hasan Basri Desa Handil Bakti. RT. 06 No.13 Kec. Alalak Kab. Barito Kuala. Kalimantan Selatan. Kodepos 70582 0812-2573-3157