Anak Pesantren dari Negeri 1000 Sungai

Seminar Refleksi Bulan Dzulhijjah

27/10/2013 16:11

 

Mengakhiri bulan Dzulqa’dah 1434 H, tentunya menyambut kembali bulan Dzulhijjah. Bulan yang mencakup semua ibadah dalam islam. Jika Ramadhan dinobatkan sebagai bulan yang paling afdhol, maka Dzulhijjah tidak kalah penting. Karena hanya di bulan inilah ibadah haji dilaksanakan.

Takhassus Diny Ponpes Rakha merefleksikan bulan Dzulhijjah ini dengan mengadakan halaqah pesantren untuk santri/wati, mahasiswa/i, dan juga umum. Dikemas dalam sebuah seminar bersama KH. Syamsul Arifin, S.Ag dan Ust. Muhammad Rasyid, S.HI bertempat di ruang induk masjid ponpes Rakha. Acara yang digelar pada Jum’at malam, 4 Oktober 2013 ini dinilai sukses atas kerjasama dengan Lajnah Falakiyah PWNU Kalimantan Selatan dan Bidang Pendidikan & Pemberdayaan Pesantren.

Dimulai dengan pembukaan dan pembacaan ayat suci al-Qur’an, dilanjutkan sambutan dari ketua panitia, Ust. Nur Hidayatullah, S.HI. Dalam sambutannya mewakili Mudir Takhassus Diny yang sedang berhaji, ia menyampaikan permohonan maaf atas ketidakhadiran KH. Rif’an Syafruddin, M.Ag selaku Keynote Speaker. Acara ini merupakan acara “bagaimana memahami hilal puasa dan hari raya di Indonesia” ketiga yang pernah diadakan oleh Takhassus Diny, setelah 15 Oktober 2012 dan sebelum puasa Ramadhan 1434 H kemarin.

Selain mensosialisasikan Ilmu Falak di tengah masyarakat pesantren dan Amuntai dengan pelbagai event, di akhir sambutannya ia mengumumkan santri/wati berprestasi di unit Takhassus Diny. Penghitung arah kiblat tercepat diraih oleh Iffah Izzati, santriwati kelas XII Keagamaan, Khairun Nisa santriwati kelas XII MA NIPI meraih predikat penghitung awal waktu sholat tercepat, hadiah diserahkan langsung oleh KH. Syamsul Arifin. Sementara Muhammad Abrar santri kelas XII MA NIPA dinobatkan peraih nilai ujian tertinggi, hadiah diserahkan oleh H. Bunyamin, S.Ag, S.Pd selaku Wakil Ketua GP Ansor Cabang Amuntai yang juga Wakamad bidang kesiswaan MA NIPA.     

Masuk ke acara yang ditunggu-tunggu, KH. Syamsul Arifin, S.Ag atau yang akrab dipanggil Aa Gym-nya Amuntai ini menyampaikan banyak hal yang jarang diketahui akan historiografi, keutamaan, dan amaliyah di bulan dzulhijjah. Kata beliau, ulama sangat menganjurkan berpuasa pada sepuluh hari pertama pada bulan ini, lebih-lebih pada hari tarwiyah (8 Dzulhijjah) dan arafah (9 Dzulhijjah). Pada hari arafah inilah Nabi adam As bertemu dengan Siti Hawa. Nabi Adam pun mengakui keutamaan Nabi Muhammad saw dibanding dirinya. Jika taubatnya umat Nabi Muhammad diterima kapan-pun dan dimana-pun ia bertaubat , maka taubatku hanya diterima ketika aku di bumi dan di hari arafah. Jika aku berbuat dosa, maka aku dipisahkan dari istriku, sementara umat Nabi Muhammad tidak dipisahkan.

Adapun narasumber kedua, Ust. Muhammad Rasyid, S.HI membahas problematika hisab rukyah di Indonesia dan prediksi idul adha 1434 H. Untuk mengetahui kapan masuknya awal bulan hijriah, bisa dengan merukyah atau menghisab yang objeknya adalah hilal, yaitu cahaya tipis pada permulaan bulan setelah terjadinya ijtima’ (konjungsi) atau dikenal bulan sabit. “Hilal itu sangat sulit dilihat, bahkan guru saya KH. Slamet Hambali saja belum pernah melihat hilal meski puluhan tahun merukyah”, ungkapnya. Karena hilal-lah kita dituntut berpuasa dan berbuka. Namun masalah klasik nan aktual tetap saja melanda bangsa Indonesia, kasus perbedaan awal dan akhir puasa Ramadhan. Di samping banyak penafsiran arti “Hilal” akibat perkembangan teknologi, yang terpenting adalah bisa menyeimbangkan penafsiran sains dan hadis dalam konteks apa itu “Hilal”. Ust. Rasyid juga berbicara panjang lebar tentang bagaimana solusi penyatuan awal bulan kamariah untuk menjadikan kalender hijriah universal di Indonesia.

Acara yang dihadiri lebih dari 400 orang peserta ini sangat bermanfaat dan perlu diterus-kembangkan lagi, bahkan kalau bisa dijadikan agenda rutin tahunan, kata salah seorang peserta yang hadir. Diana dan Khairun Nisa juga menyatakan hal senada, “jangan kan dikenakan bayaran lima ribu, lebih dari itu pun santri/wati pasti berani. Karena sangat menambah wawasan baru”.

Sebelum diakhiri, puluhan pertanyaan dilontarkan kepada dua nasasumber yang ada. Ada yang bertanya, mengapa harus bulan yang dijadikan patokan? kenapa terjadi perbedaan? Bagaimana solusinya? Dan pertanyaan mudah hingga rumit lainnya. Semuanya dijawab dengan jawaban yang memuaskan, seakan oase nan menyegarkan di tengah haus dahaga. Berhubung jam menunjukkan pukul 10.30 WITA, panitia menyarankan agar peserta yang ingin bertanya bisa berkomunikasi di balik layar, via facebook atau langsung menemui narasumbernya.

Acara ditutup dengan doa dipimpin oleh KH. Syamsul Arifin. Panitia pun segera mendata perukyah esok hari sebagai bukti bahwa Ilmu Falak diperlakukan secara konkrit dan bukan jargonik semata, tetapi dilanjutkan dengan usaha yang konstruktif dan sistematis.

 

 

Search site

Contact

Nur Hidayatullah Jl. Brigjen Hasan Basri Desa Handil Bakti. RT. 06 No.13 Kec. Alalak Kab. Barito Kuala. Kalimantan Selatan. Kodepos 70582 0812-2573-3157